Judul tulisan ini mengadopsi buku dengan Judul yang sama yang
ditulis oleh Djuyoto Suntani (DS) dan diterbitkan oleh Penerbit Pustaka
Perdamaian Tahun 2007. Djuyoto Suntani adalah Presiden The World Peace
Communitee (WPC) sebuah Institusi Kemasyarakatan Internasional yang memiliki
jaringan di seluruh dunia dan mempunyai pengaruh sangat kuat pada dunia
internasional. Djuyoto Suntani juga adalah pencipta “Gong Perdamaian Dunia
(GPD)”.
Gong Perdamaian Dunia diciptakan oleh Djuyoto Suntani (DS) bersama
Gde Sumarjaya Linggih akhir tahun 2002 pasca “bom Bali I”. Atas prakarsa Susilo
Bambang Yudoyono (Menko Polkam RI), GPD dibunyikan untuk pertama kalinya oleh
Presiden dan Wakil Presiden RI di Bali pada tanggal 31 Desember 2002 pukul
00.00 wita untuk mencanangkan “2003 sebagai Tahun Perdamaian
Indonesia”. Gong yang dibunyikan tersebut adalah gong yang berasal
dari desa Plajan, Mlonggo, Jepara, Jawa Tengah. Gong itu dibuat oleh seorang
wali 450 tahun yang lalu dan digunakan untuk da’wah syiar Islam di lereng
gunung muriah. Gong yang bernilai sakral tersebut adalah milik ibu Mursini,
generasi ketujuh dari wali yang membuatnya.
Sebagai putra yang lahir di lereng gunung Muriah, Djuyoto Suntani
membuat duplikat gong tersebut untuk dijadikan gong perdamaian dunia. sebagai
satu-satunya sarana persaudaraan dan pemersatu ummat manusia. Duplikat Gong
Perdamaian Dunia telah dipasang secara permanen di China, India, Swiss,
Helsinki (Finlandia), Maputo (Mozambik), Godollo (Hongaria) dan selanjutnya
menyusul akan dipasang di gedung putih, Washington DC (Amerika), Caracas
(Venezuela), Islamabad (Pakistan), London (Inggris), Berlin (Jerman), Paris
(Perancis), Moskow (Rusia), Istanbul (Turki), Cape Town (Afsel), Madrid
(Spanyol), Amsterdam (Belanda) dan tahun 2015 dipasang di seluruh dunia
termasuk satu unit Gong Perdamaian Dunia akan dipasang di bulan.
Sebagai bangsa Indonesia, kita semua sepatutnya menyambut baik dan
mendukung sepenuhnya ide cemerlang ini sebab apa yang dilakukan oleh bapak
Djuyoto Suntani (DS) sudah sesuai sebagaimana amanah UUD 1945 yaitu “ikut aktif
menjaga perdamaian dunia”.
Djuyoto Suntani (DS) mensinyalir adanya konspirasi global yang
berusaha menghancurkan bangsa Indonesia agar pecah menjadi 17 negara merdeka.
Gerakan ini telah berhasil menghilangkan Uni Soviet dari peta dunia. Uni Soviet
yang selama 70 tahun adalah satu negara kuat terpecah menjadi 15 negara merdeka
yaitu; Azerbaijan, Kazakstan, Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan,
Kirgiztan, Latvia, Lithumania, Estonia, Belarusia, Ukraina, Moldova, Georgia,
Armenia dan Rusia.
Selain Uni Soviet, Yugoslavia juga telah dilenyapkan peta
negaranya dari muka bumi setelah bertahan selama 70 tahun. Tahun 1991-1992
Yugoslavia dipecah menjadi 6 negara merdeka yaitu: Slovenia,
Kroasia, Bosnia, Herzeqovina, Macedonia dan Serbia Montonegro. Tahun 2005 Montonegro
lepas dari Serbia.
Jauh sebelum imperium Uni Soviet runtuh dan terpecah belahnya
Yugoslavia telah diprediksikan dan diramalkan oleh bapak Djuyoto Suntani. Sama
halnya dengan Indonesia, jauh sebelum Megawati Soekarno Putri terpilih menjadi
Presiden RI ke 5 telah diramalkan oleh bapak DS bahwa Indonesia satu waktu akan
dipimpin oleh Presiden wanita. Ini dituangkan dalam buku yang ditulis oleh DS
“perspektif wanita Indonesia abad 21” tahun 1988. Secara pribadi
saya himbau kepada kita semua agar tidak menyepelekan buku “Tahun 2015,
Indonesia Pecah” yang ditulis oleh DS karena hal itu merupakan warning bagi
kita semua yang mencintai NKRI agar waspada. Buku tersebut ditulis berdasarkan
perenungan yang sangat mendalam, kajian secara cermat bersumber dari siklus
alam, peranan konspirasi jaringan global, berbagai tanda-tanda dan fenomena
alam, sejarah perpolitikan nusantara, telaah ilmiah sampai rumusan rumit dalam
bentuk prediksi spiritual.
Menurut DS, konspirasi global yang berusaha menghancurkan bangsa
Indonesia agar pecah menjadi “17 negara merdeka” dikomando oleh satu gerakan
Illuminati Internasional melalui jaringan the Luciferians Conspiration dengan
operator lapangan Freemasonry. Jaringan tingkat tinggi dunia yang kini
menguasai dan mengendalikan bumi ini menggunakan kata sandi misteri angka
“666”. Kantor Pusatnya di Brussel – Belgia berbentuk salib terbalik dengan
sandi puncak angka “666”. Kantor operasional di Dallas – Amerika Serikat
menggunakan gedung bernama “666” (666 Building).
Pada awal 1990 an jaringan the Luciferians Conspiration sepakat
menyusun strategi untuk menghancurkan ekonomi Indonesia. Mereka memutuskan
tahun 1997 sebagai awal proses penghancuran. Mereka menyusun skenario maha
dahsyat “menghancurkan kekuatan Indonesia”. Pada Juli 1997
perekonomian Indonesia babak belur. Mereka melakukan serangan Jum’at. Setiap
hari Jum’at, saat karyawan Bank Indonesia melaksanakan shalat Jum’at dengan
bantuan teknologi canggih gerakan Illuminati mengambil simpanan cadangan dollar
USA di Bank Indonesia. Minggu kedua Juli 1997 nilai tukar dollar kerupiah
Rp.2.400 tiba-tiba naik menjadi Rp.3.500 pada Jum’at sore harinya, pasar dan
pelaku ekonomi jadi panik. Jum’at berikutnya naik ke level Rp.5.500 seterusnya
setiap Jum’at sore bergerak naik ke Rp. 7.000 sampai menembus angka Rp.20.000.-
Setelah strategi serangan Jum’at berhasil, gerakan itu melangkah
ke strategi berikutnya yaitu memecah belah antara pemimpin dan membuat
pengkotak-kotakan.
Gerakan mereka terbungkus rapi dengan mengatasnamakan demokrasi,
hak azasi manusia dan kebebasan pers. Setelah berhasil memecah-belah kekuatan
pemimpin bangsa, mereka masuk pada strategi berikutnya yaitu penyesatan opini
dan penciptaan musuh bersama.
Illuminati Internasional membuat garis kebijakan mendasar pada
patron penciptaan “Tata Dunia Baru”. Peta negara di dunia digambar ulang.
Negara Uni Soviet dipecah menjadi 15 negara merdeka. Yugoslavia dipecah menjadi
enam negara (sebentar lagi tujuh, Kosovo segera merdeka). Cekoslowakia menjadi
dua, Irak segera dipecah menjadi “tiga Negara” (negara Syiah, negara Sunni dan
negara Kurdistan). Peta NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) kini sedang
digarap untuk dipecah menjadi “17 negara merdeka”. Dalam “versi mereka”
Republik Indonesia disisakan tinggal “Republik Jamali” (Jawa, Madura dan Bali)
sebagai induk imperium Majapahit Mataram.
Mereka mengusung tema “Tata Dunia Baru” secara terus menerus.
Sejumlah negara Eropa yang melawan, diejek dengan sebutan “old Euro” (Eropa
Tua) yang sudah usang. Dalam sistem “Tata Dunia Baru”, obsesi besar mereka,
dunia harus berada dalam “Satu Sistem Pemerintahan (kapitalis di bawah AS),
Satu Mata Uang (Dollar AS), Satu Sistem Agama
(Sekulerisme-Universal).
Melalui matra berdimensi spiritual yang diletakkan pada gambar
sebelah kiri mata uang “satu dollar USA”, mereka berambisi menguasai dunia.
Dengan strategi “satu Dollar menguasai dunia”, mereka berupaya
memporak-porandakan struktur budaya, tradisi masyarakat, ekonomi, politik
internasional dan peta geografi dunia. Strategi itu dijabarkan lewat pemasangan
lambang Illuminati pada mata uang satu dollar USA.
|
Keterangan Gambar: Sebelah kiri LOGO Iuminati berbentuk piramid
terpancung
di puncaknya dengan simbol satu mata (dajjal)
|
|
|
Simbol Illuminati Internasional berbentuk piramid terpancung
dengan puncak satu mata (dajjal), dikenal sebagai Dewi Iris atau Dewi Mesir
alias setan (dajjal). Pada gambar segitiga di sisi kiri “uang satu dollar USA”
terdapat tulisan Annuit Coeptitis berarti setan setuju dengan gerakan Lucifer.
Satu mata dalam segitiga (All Seeing Eye) merupakan mata setan (dajjal). Dajjal
dalam pemahaman Islam dilukiskan berupa mahluk produk dunia. Sepak terjang
mahluk bengis bermata satu, sangat membahayakan tatanan moral manusia.
Di bawah Dewi Iris terdapat piramid terpancung dengan 13 blok. Ke
13 blok merupakan grand strategy global menguasai dan mengendalikan seluruh isi
dunia.
Melihat latar belakang warisan sejarah, wilayah nusantara sudah
dihuni orang ribuan tahun lalu. Berbagai peninggalan masa silam telah
menunjukkan nenek moyang kita dulu sudah memiliki peradaban yang jauh lebih
unggul dibanding bangsa Eropa. Di museum Sangiran-Jawa Tengah terdapat fosil
manusia purba berusia jutaan tahun. Di daerah Fakfak tanah Papua terdapat
“gunung nabi” berupa fosil berbentuk kapal berusia ribuan tahun. Di Kalimantan
Barat ada temuan tentang Republik Borneo yang jauh lebih tua dibanding
kehadiran United State of America (USA).
Di dataran tinggi Dieng-Jawa Tengah terdapat peninggalam candi
berusia ratusan tahun. Melihat struktur tata ruang kawasan Dieng, dulu
merupakan sebuah pusat kota sekaligus pusat kerajaan yang memiliki peradaban
tinggi. Bukti riil kalau nenek moyang kita memiliki peradaban tinggii dapat
dilihat pada peninggalan spektakuler candi Borobudur.
Pusat ibadah agama Budha di Magelang-Jawa Tengah itu merupakan
karya legendaries nenek moyang kita yang jauh lebih unggul dibanding bangsa
Eropa.
Pada saat candi Borobudur dibangun oleh Gunadharma pada abad
kedelapan masehi, bangsa Eropa masih hidup dalam kegelapan. Bangsa Eropa masih
menjadi bangsa primitif. Benua Amerika masih kosong. Benua Amerika baru
ditemukan oleh Laksamana Muhammad Cheng Ho zaman Dinasti Ming pada abad ke 14.
Sedangkan Christopher Colombus baru menjejakan kaki di benua Amerika 70 tahun
kemudian. Penemu benua Amerika seorang Muslim asal China, Laksamana Muhammad
Cheng Ho.
Tapi kenapa sekarang justru mereka jauh lebih unggul mampu
“menguasai dunia” sementara kita menjadi bangsa terbelakang?. Kenapa
bangsa kita selalu merasa inferior, rasa rendah diri, minder terhadap bangsa
bule yang dulu belajar ilmu dari kita bangsa Asia?. Jawabnya Cuma satu:
mentalitas, kita tidak punya nyali.
1. Sumpah
Palapa dan Sumpah Pemuda
Melihat sejarah masa silam, penduduk yang mendiami kepulauan
Nusantara dan sekarang menamakan diri sebagai bangsa Indonesia, selama ini
telah tiga kali melakukan integrasi bersatu menjadi satu bangsa.
Namun karena intrik di dalam negeri didukung oleh kekuatan luar,
lalu pecah dan bubar. Berubah menjadi “negara-negara” atau kerajaan-kerajaan”
kecil.
Persatuan pertama dilakukan pada zaman
kerajaan Sriwijaya abad 6 – 7 Masehi. Kerajaan dengan pusat kekuasaan di
Sumatera Selatan dekat kota Palembang sekarang, memiliki kekuatan armada
angkatan laut yang kuat, mampu menyatukan penduduk nusantara dalam satu bendera
Sriwijaya. Waktu itu kerajaan Sriwijaya begitu dihormati dunia
sebagai kerajaan besar, menjadi pusat agama Budha di Asia Tenggara, pusat ilmu
pengetahuan serta pusat perdagangan. Pengaruh Sriwijaya sampai kawasan yang
sekarang disebut Malaysia, Thailand dan Philipina.
Kebesaran Sriwijaya yang mampu menyatukan penduduk nusantara,
memasuki tahun ke 70, hancur menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Ketika
pemerintah pusat di Palembang mulai melemah, muncul pergolakan di berbagai
daerah menuntut “merdeka” menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang mandiri. Hilangnya
figur pemersatu menyebabkan “pemerintah pusat Sriwijaya” kehilangan wibawa,
kemudian bermunculan kerajaan-kerajaan kecil di seluruh kepulauan nusantara.
Persatuan kedua terjadi terjadi pada
abad ke 13-14 Masehi di bawah bendera Majapahit dengan pusat kerajaan di
Trowulan-Jawa Timur sekarang. Sewaktu Hayam Wuruk menjadi raja, ia memiliki
seorang Mahapatih bernama Gajah Mada yang memiliki nyali dan obsesi maha-besar.
Gajah Mada yang memiliki tubuh ukuran sedang, bersumpah untuk menyatukan
seluruh penduduk nusantara dalam satu bendera negara Majapahit. Sumpah
legendaris itu dikenal dengan nama “Sumpah Palapa”.
Sumpah Palapa merupakan spirit, sebuah tekad yang sangat kuat
menyatukan penduduk yang mendiami kepulauan nusantara. Dari pulau Andalas
(Sumatera) di barat sampai tanah Papua di ujung timur. Rakyat di seluruh
kawasan nusantara berada dalam satu kesatuan di bawah imperium Majapahit.
Pengaruh wilayah Majapahit waktu itu bukan seukuran Republik Indonesia
sekarang, melainkan jauh lebih luas lagi, sampai semenanjung Malaya, Philipina,
Thailand, hingga Srilangka bahkan masuk ke Madagaskar di pantai timur Afrika.
Tapi sejarah kembali terulang. Kebesaran Majapahit tidak bisa
dipertahankan. Ketika usia kerajaan itu mencapai angka 70 tahun, terjadi
gesekan intrik politik dari dalam. Kehilangan figur kuat sebagai pemersatu
Majapahit yang mampu mengendalikan kerajaan, menyebabkan wilayah kekuasaan di
berbagai daerah, pelan-pelan melepaskan diri dari ikatan Majapahit. Pecah
menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Raden Patah sebagai keturunan langsung
berdarah Sriwijaya dan Majapahit, membangun kerajaan baru di tanah Demak-Jawa
Tengah sekarang.
Persatuan ketiga terjadi pada abad ke 20-21 dengan nama Republik Indonesia. Melalui
deklarasi 28 Oktober 1928 di Jalan Kramat Raya – Jakarta Pusat, dikenal dengan
nama “Sumpah Pemuda”, para pemuda berikrar : “Berbangsa Satu Bangsa Indonesia,
Berbahasa Satu Bahasa Indonesia, Bertanah Air Satu Tanah Air Indonesia”.
Perjuangan panjang para pemuda Indonesia mengintegrasikan tanah nusantara
menjadi satu bangsa yang merdeka dan berdaulat, diwujudkan melalui pembacaan
proklamasi oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 di jalan Pegangsaan
Timur 56 Jakarta.
2. Belajar
dari Sriwijaya dan Majapahit
Sejak 17 Agustus 1945 penduduk di tanah Nusantara secara resmi
untuk “ketiga kali” bersatu menjadi “satu bangsa”. Pertama bernama
Sriwijaya, kedua bernama Majapahit dan ketiga bernama Republik Indonesia.
Sekarang kita patut bertanya : apakah pengorbanan para pendiri
republik yang susah payah menyatukan “tanah nusantara” itu
mesti kembali terpecah-belah, hancur menjadi negara-negara kecil?. Kerajaan
Sriwijaya pecah pada usia 70 tahun (abad ketujuh). Kerajaan Majapahit terpecah
pada usia 70 tahun (abad ke 14), apakah Republik Indonesia juga akan pecah pada
HUT RI ke 70 tahun 2015 (abad ke 21) nanti?. Apakah terjadi siklus “700 tahun”,
tiap tujuh abad penduduk di persada nusantara bercerai berai ?.
Misteri siklus usia 70 tahun dalam siklus periode tujuh abad,
telah memberi sinyal khusus di balik fenomena alam. Pertama kita bersatu di
bawah payung Sriwijaya (mayoritas Budha) pada abad ketujuh. Kedua bersatu di
bawah payung Majapahit (mayoritas Hindu) abad ke 14. Ketiga bersatu
dibawah payung Republik Indonesia (mayoritas Islam) pada abad ke 21.
Apakah peringatan HUT RI ke 70 tahun 2015 (abad ke 21) “kapal
Republik Indonesia” mesti pecah lagi?. Muncul negara-negara baru bernama Negara
Aceh? Negara Riau? Negara Celebes? Negara Kutai? Negara Maluku? Negara Papua?
Negara Bugis? Negara Borneo? Negara Tapanuli, dan seterusnya seperti yang
sekarang sedang dirancang dalam peta baru oleh jaringan the Luciferians
Conspiration menjadi “17 negara baru”?.
Mitos angka tahun ke 70 an biasa menjadi tanda “bubarnya sebuah
Negara”. Imperium Uni Soviet yang maha luas, memiliki territorial terbesar di
dunia, punya kekuatan militer menggetarkan jagat raya, bubar pada sekitar 70 an
tahun. Uni Soviet pecah menjadi 15 negara merdeka. Negara Balkan Yugoslavia
juga pecah menjadi 6 (enam) negara merdeka pada usia sekitar 70 an tahun.
Fenomena perpecahan bagi Republik Indonesia seperti saya lukiskan
di atas, sudah tampak di depan mata. Melalui semangat otonomi daerah, para
bupati dan walikota menjadi “raja-raja kecil” di daerah. Mereka sering
memandang “sebelah mata” keberadaan pemerintah pusat. Apalagi
pertanggung-jawaban jabatan mereka bukan lagi kepada pemerintah pusat.
Untuk mencegah pecahnya kapal NKRI yang kita cintai, kita
membutuhkan “Sarana Pemersatu Bangsa”
Seperti bentuk benua, pulau-pulau di kawasan nusantara yang dihuni
bangsa Indonesia mengalami perubahan bentuk. Contoh paling mutakhir bisa
disaksikan pasca tsunami akhir 2004 yang menerjang propinsi Aceh dan Sumatera
Utara. Pasca tsunami terjadi erosi daratan di kawasan pantai barat pulau
Sumatera bagian Utara. Bila digambar ulang secara cermat, bentuk daratan bagian
barat pulau Sumatera tidak lagi seperti gambar dalam peta selama ini. Laut
makin luas, daratan kian berkurang.
Pada bagian lain, peta negara pulau tetangga kita, Singapura juga
berubah, tapi bertambah luas. Melalui eksplorasi pencurian pasir dari
Indonesia, negeri kecil itu terus memperluas daratan. Bila daratan Indonesia
berkurang karena diterjang bencana alam, daratan negara pulau Singapura justru
bertambah luas karena eksplorasi pasir asal Indonesia. Begitu pula kawasan
Sidoarjo-Jawa Timur, karena muncul Lumpur panas Lapindo, terjadi perubahan peta
wilayah.
Pada masa mendatang, perubahan peta nusantara bakal terjadi.
Mengingat sekitar 8.500 pulau milik Indonesia sampai sekarang belum bernama,
belum berpenghuni, serta tidak dikelola secara baik, bila kita ceroboh, dalam
waktu tidak lama, segera berganti pemilik. Jika pemerintah dan putera-puteri
bangsa Indonesia masih terus “sibuk berkelahi” berebut kekuasaan, bukan
mustahil pulau-pulau kita nanti tahu-tahu dihuni dan dikuasai warga negara
tetangga. Pulau-pulau itu telah dihuni warga negara asing, lalu tiba-tiba
berkibar bendera negara lain. Kasus lepasnya Sipadan dan Ligitan dari Indonesia
merupakan contoh pembelajaran mahal bagi bangsa ini. Kita mudah kecolongan
karena lemah dalam segala hal.
Jika pulau-pulau kosong secara diam-diam dihuni oleh warga asing
atau warga Indonesia tapi tidak mendapat perhatian dari pemerintah, jangan
kaget bila nanti kita dikejutkan oleh keinginan mereka untuk melepaskan diri
dari ikatan “Merah Putih”. Mereka menuntut lepas atau memilih bertindak pada
negara tertentu. Contoh paling aktual terjadi pada penduduk pulau Gibraltar di
sebelah Selatan Spanyol. Pemerintah Madrid mendadak dikejutkan keinginan warga
pulau Gibraltar melepaskan diri dari ikatan bangsa Spanyol. Mereka menuntut dua
opsi, merdeka atau ikut Persemakmuran Inggris.
Konspirasi global jaringan the Luciferians Internasional sudah
puluhan tahun menggarap Indonesia untuk dipecah belah menjadi kepingan “17
negara merdeka”. Dimulai lepasnya Propinsi Timor Timur (Timtim), Penguatan
Otonomi Daerah, pengibaran bendera Bintang Kejora di Papua secara rutin tiap
tanggal 1 Desember, kemenangan rakyat Aceh dalam Pilkada Gubernur yang
menempatkan calon Independen (non-partai) dari GAM menjadi Gubernur Aceh,
penguatan eksistensi RMS hingga tampil mengibarkan bendera di depan presiden RI
pada acara Hari Keluarga Nasional 27 Juli 2007 di Ambon, dan lain-lain.
Bila pusat banyak mengecewakan rakyat, kedepan rakyat tidak begitu
peduli dan tidak respek terhadap Jakarta. Bila para elit politik sibuk
berkelahi, sibuk mengurusi kepentingan diri sendiri dan kelompok, jangan
salahkan bila saudara-saudara kita di daerah punya keinginan mandiri. Pada era
informasi sekarang, akses ke seluruh penjuru dunia mudah diperoleh.
Konspirasi global telah lama menyusun “peta baru Nusantara”. Pola
strategi penggarapan dilakukan melalui dua jalur, dari dalam dan luar negeri.
Paling intensif digarap dari dalam negeri. Ketidakadilan dan kekurangmampuan
pemerintah pusat dalam mengelola negara, menjadi pemicu utama. Dua
jalur itu kini sudah mengepung Indonesia. Dilakukan secara sistematis,
terprogram dengan mengusung tema indah tentang perubahan menuju demokratisasi,
transparansi, kebebasan serta kesejahteraan.
Awal tahun 2000 sejalan semangat reformasi yang sulit dikendalikan,
sejumlah anak bangsa mengusung isyu tentang tema mengubah NKRI menjadi Negara
Federal. Isyu keinginan mengubah NKRI menjadi Negara Federal jangan dipandang
enteng. Bila pemerintah yang berkuasa tidak pernah mewujudkan janji-janji indah
selama masa kampanye, rakyat yang lapar pasti kecewa, lantas memberontak
mengikuti skenario global mengubah peta NKRI menjadi negara Federal.
Mulai akhir 2004 bangsa ini setiap hari didera musibah demi
musibah. Sejak 26 Desember 2004, bencana tsunami menghancurkan propinsi Aceh
dan sebagian Sumatera Utara, puluhan juta penduduk Indonesia hidup menderita.
Musibah tsunami disusul gempa bumi Yogya-Jateng pertengahan tahun 2005
menewaskan lebih setengah juta penduduk negeri. Puluhan juta penduduk lain
dilanda frustasi hebat karena kehilangan masa depan.
Belum habis didera derita bencana alam, masyarakat Indonesia
“dihajar bencana pemerintah”. Kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) disusul
kenaikan semua harga kebutuhan hidup sebanyak dua kali selama tahun 2005,
melengkapi penderitaan rakyat Indonesia. Rakyat semakin hari kian sulit untuk
sekedar dapat bertahan hidup di negeri sendiri. Di negeri yang subur makmur ini
kelaparan terjadi di mana-mana.
Di tengah-tengah penderitaan sebagian besar rakyat, penduduk
Sidoarjo Jawa Timur dihajar badai bencana mengerikan ciptaan manusia bernama
Lumpur Lapindo. Sepanjang tahun 2006 dan 2007 musibah demi musibah datang
beruntun tanpa henti. Pesawat Adam Air jalur penerbangan Surabaya-Manado hilang
misterius tanpa jejak. KM Senopati Nusantara tenggelam di lautan, ratusan
penumpang hilang tanpa bekas. Awal Februari 2007 kota Jakarta dan sekitar
dikepung banjir, 70 persen daratan ibukota negara tenggelam.
Jika sebagian besar rakyat sudah frustasi, kehilangan akal sehat,
mereka rela melakukan apa saja, asal bisa bertahan hidup. Rakyat tidak lagi
peduli terhadap bentuk Negara. Apakah berbentuk NKRI atau negara Federal. Dalam
pola fikir rakyat yang penting bisa hidup layak. Bisa makan kenyang dan nyenyak
tidur.
Mencermati kehidupan sebagian besar rakyat kita semakin hari
terasa kian sulit menjalani hidup layak, wacana negara Federal yang diusung
sejumlah anak bangsa, perlu dikaji dan telaah secara serius. Wacana itu dapat
berubah menjadi kemauan rakyat. Jangan kaget bila suatu saat rakyat berteriak: “Kami
hanya butuh hidup layak, punya masa depan yang jelas. Kami tidak peduli apapun
bentuk Negara dan namanya…”
Sebagai sesama bangsa, kita tidak ingin bangsa ini pecah menjadi
kepingan “17 negara merdeka” sebagaimana rancangan skenario global
yang disiapkan jaringan the Luciferians Conspiration. Kita ingin Republik
Indonesia berdiri tegak, gagah sampai akhir zaman. Kita berharap kelak
Indonesia menjadi negara super-power, memiliki peradaban tinggi, mampu mewarnai
percaturan dunia internasional melalui “Gong Perdamaian Dunia (GPD)”.
Konspirasi global telah merancang tahun 2015 Indonesia dipecah
menjadi “17 negara merdeka”. Untuk mengantisipasi konspirasi global itu, kami
telah berupaya melakukan penetrasi global melalui pemasangan GPD secara
permanen di seluruh penjuru dunia. Jika the Luciferians Conspiration membuat
skenario tahun 2015 Indonesia dipecah menjadi “17 negara merdeka”, pada tahun
sama kami punya target pasang GPD di seluruh penjuru negara merdeka. Dengan
keberadaan GPD terpasang di seluruh dunia, menjadi tali pengikat semangat
kebersamaan kebanggaan seluruh bangsa. Menjadi sumber inspirasi, spirit
jatidiri, serta dorongan kuat bangsa ini agar tumbuh menjadi bangsa
besar yang disegani dunia.
Untuk menghadapi kekuatan super-misteri angka “666” yang telah
sukses mengacak acak isi dunia, menancapkan kuku taring kekuatan di
mana-mana, mengendalikan bumi, kita dapat menghadapi melalui kekuatan misteri
angka “6666”. Misteri angka “6666” merupakan angka Illahiah, angka kebenaran.
Angka “6666” memiliki kekuatan maha-dahsyat yang mampu menangkis semua bentuk
kejahatan di seluruh alam semesta.
Angka “6666” merupakan angka kejayaan, sama dengan jumlah ayat
Alqur’an. Kitab suci Alqur’an merupakan satu-satunya wahyu Illahi yang tidak
pernah “diamandemen” sepanjang masa. Dari dulu sampai akhir zaman. Alqur’an
tetap berisi “6666” ayat. Setiap ayat bila dikaji secara mendalam, memiliki
makna luar biasa. Angka “6666” merupakan angka kesempurnaan. Coba kita
jumlahkan: 6+6+6+6 = 24. Angka 24 = 2+4 = angka 6.
Dibolak balik dengan cara apapun, angka “6666” tetap menjadi angka
kejayaan dan kesempurnaan. Rukun iman ada 6, jumlah hari kerja ada 6 (hari ada
tujuh, libur 1 hari tinggal enam). Bentuk angka 6 kebalikan dari angka 9. Bila
angka 9 milik Tuhan (99 sifat Tuhan), angka 6 menjadi milik mahluk ciptaanNya.
Mahluk licik kubu setan menggunakan kekuatan misteri “666”, kita yang berada di
jalur kebenaran harus hadapi dengan menggunakan misteri angka “6666”. Itulah
rahasia Tuhan kenapa jumlah kitab suci Alqur’an ada “6666” ayat.
Untuk menghadapi misteri “666” sebagai kekuatan angka setan, kita
melakukan perlawanan dengan misteri “6666” sebagai angka Illahiah. Cara
menghadapi bukan secara kasat mata dijumlahkan menjadi lebih besar, melainkan
menggunakan akal fikiran, kecerdasan, kritis, berjiwa besar, bermental dunia, pintar
serta meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan. Bangsa Indonesia mesti bersatu,
menjadi bangsa cerdas dengan memiliki kepribadian kuat, tidak gampang dikibuli
kekuatan modern yang mengkapanyekan tema demokrasi, hak azasi, tranparansi dan
kebebasan pers. Indonesia memiliki model demokrasi sendiri.
Di Amerika Serikat sensor pers sangat ketat. Pers dilarang
memberitakan keburukan bangsa sendiri. Yang diekspos pers Amerika melulu
tentang kehebatan, kemajuan, kejayaan dan kedigdayaan. Sehingga dunia tahu
bahwa Amerika Serikat itu hebat, padahal di sana banyak orang miskin, kumuh,
buta huruf, kriminal, teroris dan sejenis. Semua dikemas dengan halus, tidak
“total transparan” seperti pers Indonesia.
Pernah ada seorang pendeta Kristen bertanya kepada saya, untuk apa
setan diciptakan Tuhan di alam semesta? Jika pekerjaan setan hanya membuat
berbagai kerusakan di alam semesta, kenapa tidak dimusnahkan saja? Sang pendeta
ini bertanya setelah melakukan perenungan yang sangat mendalam. Ia berfikir,
mengapa dunia mesti kacau balau? Mangapa dunia mesti ada setan? Mengapa dunia
mesti banyak orang jahat? Mengapa dunia mesti ada misteri angka “666” milik
setan?
Mendapat pertanyaan seperti itu, saya beri jawaban secara logika
sederhana. Setan diciptakan Tuhan untuk menjadi mitra “latih tanding” (sparring)
ummat manusia. Manusia sebagai mahluk paling sempurna dibekali akal fikiran,
kecerdasan intelektual dan hati nurani memiliki derajat paling tinggi. Tuhan
mengangkat manusia menjadi khalifah (pemimpin) di alam semesta. Dengan ada
setan sebagai mitra latih tanding, manusia dapat menggunakan akal fikiran dan
hati nurani. Manusia bisa membedakan, mana yang buruk dan mana yang baik.
Sebagaimana diulas di atas, di alam semesta semua serba “berpasangan” (ganda).
Setan menjadi personifikasi kejatahan menggunakan misteri angka “666” diplot
untuk menjadi penghuni neraka. Kalau setan dihabisi, semua jadi baik, otomatis
neraka kosong tidak memiliki penghuni. Mitra tanding misteri “666’ ya misteri
angka “6666” yang menjadi personifikasi kebaikan.
Mendengar jawaban sederhana itu, sang pendeta nampak puas.
Kegelisahan selama bertahun-tahun terhadap eksistensi setan sebagai perusak
alam semesta, telah sirna. Ia hadapi kekuatan setan dengan angka kesempurnaan
misteri “6666”. Ia terus berbuat kebaikan bagi seluruh alam tanpa henti. Ia
jalani hidup dengan ikhlas, tenang dan damai.
Demikian Summary buku: Tahun 2015 Indonesia “Pecah” yang disusun
oleh bapak Djuyoto Suntani
PANDANGAN GERAKAN ALMAHDI TERHADAP INDONESIA
Saya mendapatkan buku Djuyoto Suntani “tahun 2015 Indonesia Pecah”
dari seorang kawan saya di Jakarta pada tahun 2008. Sebagai seorang seniman,
jujur saya katakan bahwa saya tidak tertarik boleh dikata alergi terhadap
buku-buku atau apapun yang berbau politik. Saya terlalu lugu untuk masuk ke
dunia politik, dunia yang mengenyampingkan rasa welas asih, dunia yang penuh
dengan kepalsuan dan kebohongan. Ternyata setelah saya membolak balik daftar
isi buku DS saya tidak melihat hal-hal yang berbau politik di dalamnya. Saya
justru melihat niat baik, ketulusan, kejujuran dan kebaikan budi pekerti
seorang hamba Allah yang bernama Djuyoto Suntani. Ada dua gagasan DS yang
menarik buat saya pertama; ide pembuatan gong perdamaian dunia. Ide ini dapat
mengangkat pamor bangsa Indonesia di dunia internasional. Kedua, misteri angka
6666 untuk melawan misteri angka 666 (triple six) yang digunakan oleh gerakan
Illuminati Internasional. Dalam injil angka “666” disebut sebagai simbol setan
sedangkan dalam Alqur’an “666” disebut sebagai binatang yang melata (ular).
Untuk melawan triple six kita gunakan angka “6666”. Angka 6666 adalah jumlah
ayat yang ada didalam kitab suci Alqur’an, kitab yang diimani oleh ummat islam
di seluruh belahan dunia.
Setiap tahun saya membaca buku Djuyoto Suntani setidaknya dua kali
setahun sekedar untuk menyegarkan ingatan saya. Rutinitas keseharian saya
mencari makan buat menghidupi istri dan keempat putra-putri saya tidak boleh
menghalangi kewajiban saya sebagai putra bangsa untuk memikirkan pecahnya NKRI.
Gagasan pertama DS tidak perlu dipermasalahkan karena saya sudah terima dan
telan bulat-bulat. Yang patut dipertanyakan adalah gagasan kedua. Diibaratkan;
mau makan nasi basi, belum masuk mulut, tercium bau busuk, jika ditelan ahirnya
keluar juga. Saya memberi analogi seperti ini sebab DS tidak menjelaskan bagaimana
cara menggunakan angka 6666 itu. Alqur’an sebagai kitab suci meski diimani oleh
seluruh ummat islam akan tetapi tidak semua orang islam pandai membaca Alqur’an
(buta huruf Alqur’an). Meski tahu membacanya belum tentu tahu artinya. Meski
tahu artinya belum tentu mengerti maksudnya. Meski tahu maksudnya belum tentu
memahaminya. Meski faham akan tetapi belum tentu memahami dengan benar. Ambil
contoh saja KH. Abu Bakar Ba’asyir, pengasuh pondok pesantren Ngruki-Solo, Jawa
Tengah yang merasa diri faham terhadap Alqur’an kemudian membimbing orang-orang
melakukan jihad di jalan Allah (menurut keyakinan pribadinya sendiri) lalu
menebar teror di mana-mana, melukai bahkan membunuh orang-orang yang tidak
berdosa. Apakah ini yang diinginkan oleh Alqur’an?. Perintah jihad di dalam
Alqur’an amat sangat sedikit, itupun sudah salah dipahami. Ummat islam terpecah
belah kedalam banyak golongan, sumber perpecahannya lantaran salah memahami
satu-dua ayat saja kemudian masing-masing mempertahankan pendapat dan keyakinannya.
Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi jika ummat islam sudah berbeda pendapat
dalam memahami 6.666 ayat.
Jika ummat islam saja berbeda pendapat dan tidak bersatu dalam
memahami Alqur’an bagaimana mungkin misteri angka 6666 bisa digunakan melawan
gerakan Illuminati Internasional yang menggunakan angka 666 (triple six/simbol
syetan atau Lucifer). Patut digaris bawahi bahwa Indonesia ini bukan hanya
dimiliki oleh orang-orang yang beragama Islam. Saudara-saudara kita yang
beragama Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Kong hu chu dan aliran kepercayaan
termasuk kejawen adalah pemilik sah republik ini. Mereka juga harus diberi
tempat yang terhormat sebab mereka juga mencintai negaranya. Mereka juga tidak
mau negaranya dipecah belah oleh gerakan Illuminati Internasional. Mereka juga
akan tampil di depan melakukan perlawanan dengan cara mereka sendiri bahkan
boleh jadi mereka akan lebih dulu bergerak dibanding ummat islam karena ummat
islam masih memperdebatkan permasalahan satu dua ayat.
CAHYO NAYASWARA, sebagai seorang anak bangsa tidak sependapat
dengan ide Djuyoto Suntani menjadikan angka 6666 (Alqur’an) untuk dijadikan
simbol perlawanan terhadap angka 666 (angka syetan-lucifer). CAHYO NAYASWARA
berprinsip Alqur’an adalah bacaan mulia. Firman yang difirmankan. Dari Tuhan
Semesta Alam.
CAHYO NAYASWARA berpendapat manusia memiliki kesalahan yang fatal
dalam memahami makna Alqur’an baik itu makna ayat yang tersurat terlebih-lebih
lagi pada makna ayat yang tersirat. Agar Alqur’an dapat dijadikan sebagai
pelajaran bagi orang-orang yang menggunakan akal fikirannya maka kita harus
melakukan kajian kritis terhadap ayat-ayat. Jika hal ini tidak kita lakukan
maka kita menerima Alqur’an hanya sebatas pada keyakinan. Jika hanya pada
keyakinan maka Alqur’an tidak ada bedanya dengan kitab-kitab yang dipegang atau
diimani oleh agama-agama lainnya dan betapa celakanya, tanpa kita sadari kita
telah menempatkan Alqur’an sebatas hanya sebagai sebuah mitos yang harus
diyakini. Alqur’an menjadi mulia jika kita mengkritisi ayat-ayatnya dengan
menggunakan akal fikiran. Bila logika befikir kita telah tunduk menerima dan
membenarkan ayat-ayatnya barulah bisa dikatakan bahwa Alqur’an adalah alfurqan
(kitab pembeda). Pertanyaannya sekarang adalah kepada siapakah kita bertanya
dan kepada siapakah kita berguru?
Suatu malam, sekitar ahir Mei 2012 (tiga minggu yang lalu) saya
didera oleh kegelisahan karena belum tahu cara yang tepat yang bisa digunakan
untuk melawan triple six “666” (angka syetan-lucifer). Saya mencoba membuka
internet untuk mencari tahu GERAKAN ILLUMINATI INTERNASIONAL. Setelah mengetik
kata GERAKAN, seharusnya saya mengetik “IL” akan tetapi saya merasa ada
kekuatan gaib yang saya juga tidak tahu dari mana dan bagaimana bisa tangan
saya dipindahkan ke tombol “AL” sehingga muncullah tulisan GERAKAN AL MAHDI.
SEBUAH HIKMAH DAN PELAJARAN (Khusus untuk anak-anakku). Nama penulisnya tidak,
diketahui. Mungkin penulisnya sengaja tidak ingin ditahu atau sengaja
menyembunyikan dirinya. Entahlah. Wallahu’alam.
Setelah saya membaca Tulisan Gerakan Almahdi (TGA) maka saya
langsung print out, kemudian jilid spiral untuk memudahkan saya membacanya.
Berulang-ulang saya membaca tulisan itu, lalu mengkaji dan menganalisis
kemudian membaca dan mengkaji lagi sehingga saya berlabuh pada satu kesimpulan
yang merupakan pertanyaan :
1. Gerakan Illuminati Internasional
(GII) adalah sebuah gerakan yang nyata adanya akan tetapi kita tidak tahu
karena mata kita tidak melihat jaringan mereka. Lantas bagaimana dan dengan
cara apa kita melawannya atau mengalahkan mereka ?.
2. Tanpa kita sadari sesungguhnya
kita semua ini, tanpa kecuali adalah pendukung setia Gerakan Illuminati
Internasional (GII) meskipun secara tidak langsung. Bagaimana mungkin kita bisa
melawannya ?
Siapapun yang menggunakan bank konvensional sebagai sarana
menyimpan dan mengambil uang adalah termasuk pendukung GII, tidak terkecuali
bank syariah karena bank syariah dan bank-bank konvensional tunduk kepada bank
sentral (Bank Indonesia), bank sentral tunduk pada bank dunia, bank dunia tunduk
pada induk GII di Swiss yang mengontrol keuangan dunia. Siapapun yang dengan
sadar (tidak gila) menggunakan mata uang rupiah sebagai alat tukar maka orang
itu termasuk pendukung GII oleh karena kurs rupiah dikontrol oleh nilai mata
uang satu dollar yang secara kasat mata dan terang-terangan menggunakan logo
GII, yang berbentuk piramida terpancung dengan puncak satu mata (dajjal)
Dalam arti sempit kafir artinya tidak percaya kepada Allah atau
mengingkari adanya Tuhan. GII menjadikan syetan (lucifer) sebagai objek
pemujaan mereka karena mereka memandang syetan bukan melawan Tuhan akan tetapi
meniadakan Tuhan. (Untuk kajian ini nantikanlah tulisan CAHYO NAYASWARA yang
berjudul “GII, MEREKA ADALAH YAHUDI PALSU).
Dalam arti yang lebih luas dan spesifik kafir dapat ditujukan
kepada orang-orang, siapapun yang menggunakan mata uang rupiah sebagai alat
tukar, menggunakan bank konvensional dan bank syariah, menggunakan kartu ATM,
kartu kredit dan semua sarana lainnya yang menggunakan satelit, telekomunikasi,
televisi dan sebagainya adalah pendukung tidak langsung GII dan disebut kafir.
Dalam Tulisan Gerakan Almahdi (TGA) halaman 37-38 dituliskan:
Salah satu dari jin islam itu bertanya, “Bilamana kapankah kami
dapat berjumpa kembali dengan Imam kami”. Dengan bijak Imam Mahdi menjawab,
“Kita tidak akan berjumpa lagi. Aku akan perintahkan kalian dari jarak jauh
dengan menggunakan sarana telekomunikasi canggih. Di Indonesia, aku sangat
sibuk mengatur dan menjaga keseimbangan. Manusia Indonesia merasa diri
hebat-hebat dan pintar-pintar. Biarlah Aku perlihatkan kepada mereka bahwa
sesungguhnya mereka itu adalah pembual yang bodoh”. Imam Mahdi terdiam sejenak.
Beliau menatap dalam-dalam semua pasukannya. Setelah menarik nafas panjang,
beliau melanjutkan lagi perkataannya dengan menyampaikan pesan Al Qur’an
sebagai berikut:
* Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami
mendatangi daerah-daerah (orang kafir), lalu Kami kurangi daerah-daerah itu
(sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya?. Dan ALLAH menetapkan hukum (menurut
kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan Dialah Yang Maha
Cepat hisab-Nya. (13:41)
Imam Mahdi berkata: “Kami datang ke negeri Indonesia sejak 1996.
Kami kurangi negeri ini dari tepi-tepinya. Pulau Sipadan dan pulau Ligitan,
kami ambil dan berikan kepada Malaysia. Timor Timur, Kami ambil dan serahkan
kepada rakyat Timor Leste. Daerah-daerah propinsi, Kami ambil dari tepinya dan
terbentuklah propinsi baru. Daera-daerah kabupaten, Kami ambil dari tepinya dan
terbentuklah kabupaten baru. Daerah kota, Kami ambil dari tepinya dan
terbentuklah kota-kota baru. Daerah kecamatan, Kami ambil dari tepinya maka
terbentuklah kecamatan baru, dst, dst… Hanya mereka saja yang tidak menggunakan
akalnya sehingga tidak mempelajari tanda-tanda, isyarat-isyarat Alqur’an bahwa
Imam Mahdi berada di Indonesia. Itulah yang membuktikan bahwa mereka bodoh”.
KAFIR, memiliki arti ganda yaitu: tidak percaya kepada ALLAH dan
menjijikkan. Makna kedua yaitu “Menjijikkan” lebih tepat ditujukan kepada orang
Indonesia, karena sosok yang diperjanjikan oleh TUHAN sudah ada di sekitar
mereka, namun mereka belum mengetahuinya. Menjijikkan, karena mereka tidak
mempelajari tanda-tanda zaman dan semua fenomena alam yang terjadi.
Menjijikkan, karena mereka berbuat melampaui batas di depan mata ALMAHDI.
Janganlah kita krasak-krusuk, marah, protes, apalagi panik. Kita
harus mencari solusi. Pertanyaan sekarang adalah kemanakah tempat kita bertanya
atau berguru?
CAHYO NAYASWARA tidak akan mau bertanya kepada siapa-siapa apalagi
kemana-mana mencari guru, karena dalam Tulisan Gerakan Almahdi halaman 76
dikatakan sebagai berikut:
“Meskipun kalian meminta pendapat orang-orang yang kalian anggap
berilmu (ustaz, kiyai, ulama, pastor dan pendeta-pendeta) di dalam negeri ini,
tentang perjalanan pencapaian “kebenaran”, maka mereka tidak akan mungkin mau
memberimu jawaban disebabkan karena mereka sendiri juga tidak mengetahuinya”.
GERAKAN ALMAHDI MELAWAN GERAKAN ILLUMINATI INTERNASIONAL
Gerakan Almahdi adalah gerakan internasional dan berpusat di
Indonesia. Sebagai putera bangsa, Cahyo Nayaswara mengajak kepada kita semua
selaku anak bangsa untuk sedikit merendahkan diri dan memanjatkan rasa syukur
kepada Allah SWT oleh karena, Imam Mahdi yang dinanti-nantikan oleh seluruh
ummat islam yang ada di muka bumi ini ternyata Allah menurunkan hambaNya yang
mulia itu di Indonesia.
Gerakan itu adalah gerakan yang benar adanya. Meski mata kita
tidak melihatnya tapi kita bisa merasakan bahwa gerakan itu betul-betul ada.
Untuk mengetahuinya bacalah Tulisan Gerakan Almahdi di internet. Bacalah dengan
hati yang tulus secara berulang-ulang hingga tamat kemudian renungkan, cermati
dan kajilah sendiri. Akan banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita dapatkan.
Cahyo Nayaswara bukan orang pertama yang membaca TGA di internet
mengingat tulisan itu sudah bertengger sejak April 2011 akan tetapi mungkin
saja Cahyo Nayaswara sebagai putera bangsa yang berani secara tulus
menyampaikan kebenaran tulisan ini. Gerakan Almahdi adalah satu-satunya gerakan
yang dipersiapkan Allah untuk menghancurkan kesombongan dan keangkuhan gerakan
Illuminati Internasional. Kedua gerakan itu memiliki persamaan yaitu: gerakan
itu memang ada akan tetapi gerakan tersebut tidak diketahui karena tidak
dilihat secara kasat mata. Maka biarkanlah mereka saling berhadapan. Kita ingin
sekali melawan gerakan Illuminati Internasiional tapi apa mau dikata kita tidak
melihatnya sama halnya kita ingin sekali membantu Imam Mahdi tapi apa mau
dikata kita juga tidak melihat beliau. Gerakan Almahdi sudah meninggalkan
Indonesia, sekarang gerakan itu sudah berada di Timur Tengah. Mungkin sebentar
lagi gerakan Almahdi akan memasuki Afrika, lalu Amerika kemudian Eropa.
Biarkanlah waktu yang mengungkapnya. Jejak-jejak Gerakan Almahdi ketika masih
di Indonesia dapat dibaca sendiri di TGA.
CAHYO NAYASWARA sebagai putera bangsa dan kita semua sepatutnyalah
memberi apresiasi yang tinggi kepada saudara kita bapak Djuyoto Suntani baik
sebagai pribadi maupun dalam kedudukannya sebagai Presiden The Word Peace
Communitee (WPC) atas segala upaya dan kerja kerasnya sehingga gong perdamaian
dunia dapat dibunyikan dan ditempatkan ditempat yang terhormat secara permanen
dibeberapa negara.
CAHYO NAYASWARA sebagai putera bangsa menyampaikan pesan untuk
kita semua bahwa marilah kita membunyikan gong perdamaian yang ada di dalam
diri kita masing-masing. Gong perdamaian itu hanya akan berbunyi mana kala kita
telah berhasil mengalahkan musuh abadi manusia yaitu “hawa nafsu”. Selama hawa
nafsu masih menguasai diri kita maka selama itu pula gong perdamaian tidak akan
pernah dibunyikan.
Dalam iman kristiani gong perdamaian dapat dimaknai sebagai Damai
di hati. Dalam iman islam gong perdamaian dimaknai sebagai nafsu mutmainnah
atau jiwa yang tenang. Damai di hati dan jiwa yang tenang adalah pencapaian
tertinggi menuju akhir yang baik atau khusnul khotimah.